Posts

Showing posts from June, 2017

Respect

“Respect is for those who deserve it, not for those who demand it.” -           Unknown Writer Well, ini adalah pikiran sepintas yang sebenarnya udah lama pengen gue tulis, tapi ada aja yang harus dikerjain haha. Daripada gue tulis di media sosial terus hilang, lebih baik gue tulis di platform yang memang sudah gue tata sedemikian rupa sebagai jurnal daring pribadi ini. So, happy reading folks! Respect adalah kata yang sering banget gue denger pas SMA, ya, respect biasa dipakai sebagai suatu kultur yang dipaksa pas gue SMA. Kalau lagi assembly  - kumpul rutin – di hall setiap hari jum’at, guru gue selalu angkat tangan kanannya di saat berisik yang diikuti respon kami sebagai murid untuk angkat tangan lalu diam. Ya, inilah ada contoh kecil dari apa yang disebut respect, yaitu respect ke siapa pun yang lagi berbicara di depan publik. Respect memang sebuah kata yang dalam bahasa Indonesia didefinisikan sebagai rasa hormat kepada seseorang. Bentuknya bisa macam-macam, contoh ke

A Favored Companion

“ Bisakah kita berbincang tentang bagaimana mengapresiasi seseorang yang pernah, sedang, dan akan kita butuhkan?” Sebelumnya, gue mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, Minal Aidin Wal Faizin untuk kita semua. Semoga kita sama-sama bisa memaafkan diri sendiri, teman, atau orang-orang yang selama setahun terakhir ini menyeret emosi dan tensi, sehingga memengaruhi pribadi kita dalam bertindak. Namun, selalu ingat apa yang pernah dikatakan oleh Dr. M. Kaplan bahwa   the past has a vote, but not a veto.   Jadi, gunakan momen ini untuk setidaknya memperbaiki apa-apa yang salah, sehingga kamu tidak terseret kembali ke hal yang sama dan membuatmu kelelahan di tahun-tahun berikutnya. Berbicara tentang arti Ramadhan dan lebaran. Buat gue, momen keduanya adalah tentang teman-teman lama gue. Yap, selama Ramadhan 2017 ini, gue kembali ketemu banyak teman lama yang sudah setahun atau lebih tidak menjalin komunikasi seperti dulu. Setahun belakangan gue memang mencoba menyibukkan diri di

Bagaimana Tanda Menangkap Kita?

Dalam suatu titik, kita pernah memiliki suatu kelebat gambar dari setiap hal yang berkorelasi dengan apa yang dilihat saat ini atau bahkan tidak berkolerasi dengan indera, tapi dengan besutan rasa memiliki. Dalam suatu koma, kita pernah berhenti hanya untuk memisahkan dua makna yang berdiri dalam satu hubungan dan menghadirkan jeda atas intrik yang kerap memaksa kita terus berjalan tanpa mengerti. Dalam suatu tanya, kita pernah membayangi diri dengan angan-angan di masa datang dan memikirkan kans untuk menyambungkan arti entitas dalam satu kalimat yang tidak sepaham senarasi. Dalam suatu seru, kita mengadu, mengemis, dan mendobrak keras dinding yang tidak bersimpati. Dalam suatu tanda, kita mengetahui bahwa kontinuitas ini bergantung pada kita sendiri, baik berakhir dalam titik henti bersama atau sendiri.