Respect
“Respect
is for those who deserve it, not for those who demand it.”
-
Unknown
Writer
Well,
ini
adalah pikiran sepintas yang sebenarnya udah lama pengen gue tulis, tapi ada
aja yang harus dikerjain haha. Daripada gue tulis di media sosial terus hilang,
lebih baik gue tulis di platform yang memang sudah gue tata sedemikian rupa
sebagai jurnal daring pribadi ini. So,
happy reading folks!
Respect
adalah
kata yang sering banget gue denger pas SMA, ya, respect biasa dipakai sebagai suatu kultur yang dipaksa pas gue
SMA. Kalau lagi assembly - kumpul rutin – di hall setiap hari jum’at, guru gue selalu angkat tangan kanannya di
saat berisik yang diikuti respon kami sebagai murid untuk angkat tangan lalu diam.
Ya, inilah ada contoh kecil dari apa yang disebut respect, yaitu respect ke
siapa pun yang lagi berbicara di depan publik. Respect memang sebuah kata yang dalam bahasa Indonesia
didefinisikan sebagai rasa hormat kepada seseorang. Bentuknya bisa macam-macam,
contoh kecilnya adalah apa yang gue sebutkan sebelumnya. Berbicara tentang respect, entah kenapa praktik rasa
hormat atau respect di sekitar gue seringkali
bias dan memberikan implikasi buruk bagi salah satu pihak.
Disadari atau enggak, respect erat hubungan dengan umur tua ke
yang muda, senior ke junior, pengalaman ke belum berpengalaman. Well, itu gak salah. Namun, hal tersebut
bukan menjadikan suatu parameter kekal sebuah praktik rasa hormat yang
menjadikan yang tua, senior, dan berpengalaman tidak perlu menghormati mereka yang
muda, junior, dan belum berpengalaman. Topik ini memang merupakan hal yang
teoretis dan klise, tetapi dalam pelaksanaannya banyak sekali mereka dengan anggapan
pengetahuan di luar rata-rata memerlakukan orang lain dengan tidak hormat
dengan basis umur. Terlebih, ketika yang muda, yang junior, dan belum
berpengalaman melakukan hal yang serupa dilakukan oleh senior, tua, dan
pengalaman, mereka dibantai dengan stigma tidak hormat dan tidak beretika.
Kalau seperti itu, apakah
saya dapat menarik suatu kesimpulan bahwa untuk mendapatkan rasa hormat jadilah
orang yang tua, senior, dan berpengalaman di suatu bidang terlebih dahulu?
Bagaimana? Apakah sesuai
dengan alur logika atau ternyata masuk ke dalam ranah sesat pikir?
Hal yang ingin gue coba
jelaskan di sini adalah bahwa untuk dapat memberikan dan mendapatkan rasa
hormat, hal tersebut dimulai dan datang dari diri sendiri. Jika Anda ingin
dihormati, hormatilah diri Anda di hadapan orang lain, contohkan apa yang
kalian anggap sebagai tindakan dari orang yang terhormat. Selanjutnya, jikapun
Anda luput untuk memberikan contoh tindakan terhormat, sadari dan minta maaf.
Jangan sampai tindakan itu tersimpan dalam benak orang lain dan menjadi satu
hal yang mencabut satu alasan orang lain untuk menghormatimu. Pada intinya,
menghormati dan dihormati adalah hal yang memang sudah seharusnya dilakukan
kedua belah pihak, tapi tolong jangan letakkan tensi atas rasa ingin dihormati di hadapan
orang lain karena mereka akan tahu mana yang sebenarnya layak untuk dihormati
atau tidak sama sekali.
Comments
Post a Comment