Posts

Showing posts from 2018

Another things to write on April

Gue gak pernah secara eksplisit dan terang-terangan menceritakan apa yang sedang gue pikirin. Di balik kajian-kajian formal yang menilik permasalahan sosial dan hukum yang gue tulis secara tegas, gue gak bisa melakukan hal yang sama ketika itu tentang kepribadian. Well, alasannya sederhana karena orang-orang belum tentu sepaham dengan apa yang gue pegang karena perspektif bisa aja ngebawa lo kepada hal-hal yang berada dalam naungan minoritas yang salah bagi orang. Tapi selama masih terbuka, gue merasa gak salah berada di ruang minoritas karena ada keterpaksaan  untuk berpikir apa-apa yang dipikir oleh mayoritas. Hal-hal yang gue anggap minoritas itu mungkin akan terang di sini. Sesederhana bahwa gue ngerasa pemimpin gak serta merta harus memiliki sifat yang tegas dan berwibawa atau contoh lainnya adalah terafiliasi dengan hal yang pada akhirnya tidak bisa diargumentasikan. Perdebatannya mungkin akan panjang, tapi itu adalah hal yang gue pegang. Sama halnya dengan praktik beragam

Perfect getaway, I guess?

Image
   Sebagai seseorang yang punya rutinitas melelahkan, siapa sih yang gak mau liburan? Walaupun istilah melelahkan juga beda-beda pemahamannya buat tiap orang, yang jelas, kuliah lima hari dengan nilai yang gak sesuai target menjadi hal yang melelahkan buat gue.     Itulah kenapa tanggal 24 Januari 2018 sampai 2 Februari 2018 gue dengan ketiga teman dari Jakarta pergi ke Bali sampai Labuan Bajo untuk ya, sekadar liburan. Ohiya, harusnya ada dua orang lagi yang ikut, tapi karena ada urusan mendadak, mereka gak jadi ikut. Ngomongin perjalanan ini, fyi , gue udah siapin ini selama hampir satu semester, dari itinerary sampai rancangan angggaran dananya yang ganti-ganti mulu tiap dapet informasi baru, maklum, dompet tipis. Nah, biar kalian juga bisa merasakan jalan-jalan dengan budget seminimal mungkin. Jadi, di sini gue akan membagikan beberapa tips dan triknya serta nomor telepon dari masyarakat lokal yang super baik.    Oke, jadi semua bermula pada tanggal 23 dan 24 Januari

Kadang di Sembilan Belas Tahun

Sembilan belas bukan lagi angka untuk seseorang disebut sebagai anak-anak. Sembilan belas tahun bukan lagi masa seseorang diatur jadwal tidur sebegitu ketatnya oleh orang tua. Sembilan belas tahun bukan lagi umur untuk seseorang mempermainkan emosi di atas mainan. Bukan di titik sembilan tahun juga seseorang baru mempertanyakan personifikasi manusia dengan umurnya. Terlebih, bukan di umur tersebut pula seseorang akan paham bertambahnya umur tidak selalu linier dengan kepintaran. Kadang, ketika pulang kuliah, saya berpikir apa sebenarnya yang baik-baik saja di tempat ini--tempat seseorang dihitung lama kehadirannya. Ingin mencoba memahami lewat identitas, tapi bahkan eksplorasi identitas membuat mereka menghadirkan potret betapa buruknya identitas terkait dengan komparasi yang masuk akal aja tidak sama sekali, apalagi dibilang masuk hati? Ingin mencoba memahami lewat pandangan atas paham, tapi bahkan orang-orang saling "membunuh" tanpa mengerti atas alasan apa paham i