Protesnya Jantung


Langit menghitam tanda kegelapan
Terambah cahaya biru manja khatulistiwa
Ranah mengeras tanda terpijak kehancuran
Angin bertiup seolah tak punya tujuan
Menghembuskan udara yang membawa kematian

Zat yang dibutuhkan terdegradasi
Terdeformasi oleh busuknya akal pribumi
Melahirkan beribu harapan masa sunyi
Gelap tak memiliki arti

Hidupnya ya hidupnya
Hidupku ya hidupku
Prinsip bodoh yang mengakar di pikiran
Hanya mengenal lembaran kertas
Yang tak sobek jika tercuci
dan berharga tanpa kadaluwarsa
Mereka rupanya pintar bersandiwara
Bernyanyi dan menari di atas retaknya ranah kehidupan
Memikirkan kehidupannya yang mewah karena lengkapnya kami  dalam keindahan ruang hidup

Sesungguhnya..
Apakah yang mereka lakukan?
Dan apakah yang mereka cari?
Rangka terlapis semen yang menjulang
Tak menggambar akalnya yang cerdas
dan akhlak yang luhur
Mungkin sekarang tak terpikir
Namun kelak akan berpikir
Kehidupanku yang terbabati menjadi beban baru
Kehilangan penerus kehidupan
Yang lenyap tersamar kebohongan
Yang membuat bumi ini semakin membara buta

Kami menangis merintih
Berteriak minta tolong
Mencari pengharapan hidup yang aman

Dimana kami akan tinggal?
Dimana kami akan tenang?
Kulit, daging, dan kaki kami sudah teriris
Sebagai penghidupan mereka yang tercap sebagai makhluk yang keji dan bodoh



Apakah mereka mendengar rintihan kami?
Apakah mereka melihat luka kami?
Nyatanya, mereka sudah buta!
Indera mereka hanya peka dengan aktiva dunia

Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi?
Mereka marah dan protes akan keburukan jagat raya
Menghina mencaci tanpa melihat kaca disisinya
Kaca! Bukan harta!

Kapan mereka akan sadar?
Aku sakit dan lelah
Mereka telah memaku kami untuk berbagai kebutuhan
Yang terasa sakit menembus vitalnya aliran sumber kehidupan

Apa mereka tak tahu?
Kemarahan dunia sudah tak dapat direlakkan
Terguncang cairan panas
Yang sudah mengoyakkannya
Pikirnya yang membatu
Menerpa kebaikan karena penyebaran kebodohan dunia

Iris saja kaumku sampai habis
Sampai lenyap tak tersisa

Apakah kau tahu?
Kau tak bisa hidup tanpa kami
Sebagai paru udara semesta ini





Comments

Popular posts from this blog

Waktu, Rindu, dan Satu - Apresiasi Film Flipped

Menelisik Fokus Pemerintah Terhadap Pengembangan Infrastruktur Melalui APBN 2017

Anomali Toleransi