RUTE (JURUSAN) GUE
Rute jurusan gue adalah postingan galaunya gue. Kalo kalian galauin doi yang gak peka, yang terjebak friend zone, yang gagal move on, dan ditikung temen. Kalo gue galauin ini, JURUSAN. Ini berasal dari pengalaman pribadi gue.
Ohiya, pembahasan ini hanya sekadar jurusan IPA atau IPS, bukan jurusan kuliahan karena gue belum sampe sana. Soalnya masih ada 2 tahun buat mikirin itu, walaupun gue udah punya target tapi pasti bakal banyak penggalauan jurusan kedepannya. Buat jaga-jaga makanya gue gak bahas. Oke, mari kita mulai cerita galau ini.
Dimulai dari pas SMP. Di masa ini lo pasti ngerasa kalo jurusan itu belum tepat untuk dipikirkan karena masih ada masa SMA dan lo hanya berpikir berdasarkan cita-cita semata yang lo pegang dari temen, internet, orang tua, ataupun media yang beriming-iming dengan gaji besar, kerjanya santai, dan banyak have funnya. Kenapa gue bisa tahu? karena itu gue.
Pas SMP, gue pengen banget masuk Teknik Industri ITB. Ya, Teknik Industri. Jurusan yang
katanya memiliki prospek pekerjaan yang sangat baik untuk kedepannya. Jadi, berdasarkan jurusan ini gue selalu mendoktrin diri sendiri untuk lebih belajar ipa, ipa, dan ipa. Walaupun sebenarnya gue juga menyukai pelajaran ips yaitu ekonomi dan sejarah yang pada saat itu masih tergabung dalam satu pelajaran saja. Nilai gue yang terus berimbang membuat gue seneng, karena dengan cita-cita gue
menjadi seorang mahasiswa teknik, gue masih bisa mempertahankan ilmu-ilmu kesosialan dalam diri
gue. Tapi seiring hari berganti, nilai ips gue selalu lebih tinggi daripada nilai ipa gue dan angka di raport menunjukkan perbandingan yang cukup jauh. YA GUE MULAI GALAU. Semenjak itu, gue memulai searching mengenai jurusan dan satu hal yang gue dapet pada saat itu bahwa nilai bukanlah suatu patokan utama untuk memilih jurusan. Oke, dari sini gue masih fix sama ipa.
Penggalauan gue semakin menjadi-jadi sampai SMA. Pada saat baru masuk gue disuruh ngisi angket penjurusan. Ya, pada saat baru masuk. Tanpa pikir panjang gue langsung mencentang kotak pilihan ipa dalam angket tersebut dan gue bilang kalo gue fix milih IPA dengan catatan ingin melanjutkan ke ITB jurusan Teknik Industri. Tapi di SMA lama gue ini, gue diharuskan untuk ikut tes peminatan dan psikotes juga. Pada saat tes peminatan, gue mengerjakan soal ipa dengan otak gue seutuhnya atau bisa dibilang serius tapi pas pelajaran ips gue ngerjainnya santai dan sedikit ngasal. Pas psikotes pun sama, ditanyakan mau jurusan apa dan gue tulis aja ipa. Ketika hasilnya dibagiin. Gue memang masuk kelas IPA. Seneng sih, tapi menurut gue ada yang ganjil aja. Ternyata nilai ips gue pas tes peminatan lebih besar daripada Ipa. Gue heran seheran-herannya orang heran sampai gak mau heran lagi
Cerita berlanjut di SMA baru gue, disini gue dibikin galau (lagi) bukan karena hanya nilai saja tapi karena hasutan temen dan rekomendasi dari guru. Setahun gue telah belajar dengan perasaan yang ganjil karena nilai gue selalu sepadan dan selaras serta tak bisa bersatu, padahal udah nyaman.*sorry salah fokus. Walaupun begitu, gue tetep sama pendirian gue Ipa, sampai alhamdulillahnya gue dapet 2 pelajaran IPA IGCSE Cambridge Curriculum yang kalo pengen ikut ini harus tes dan bersaing dulu sama yang lainnya. Ohiya, seiring berjalannya pembelajaran Cambridge ini, gue juga suka pelajaran business studies yang tentu masuknya ke IPS. Pelajaran ini makin lama makin bikin gue galau, karena serunya bukan main. Materinya sih beda tipis sama ekonomi kurikulum indonesia. Gue sempet bilang ke temen-temen gue kalo gue milih ips. Tapi, temen-temen gue yang pengennya masuk ipa terus menghasut gue karena dia bilang kalo gue punya potensi di ipa. Kegalauan pun terus berlanjut, gue dihasut lagi sama temen gue yang pengen masuk ips. Disini gue emang plin-plan abis, karena potensi gue dikedua bidang ini bisa dibilang sama dan gak ada yang menonjol jadi seakan rata.
Dipilihan terakhir gue, gue milih ipa. Berhubung ke galauan ini tak kunjung henti, gue terus menerus searching dan katanya milih jurusan itu sesuai passion, passion dan passion. Mungkin kata passion ini menurut gue adalah kata semu, karena gak semua orang bisa melihat passion dia yang sebenarnya dalam waktu yang cepat termasuk gue. Contohnya gue yang kadang merasa passion gue tuh di nulis, ekonomi, bahkan biologi. Hal ini terjadi karena gue memang suka ketika gue suka. Like I want do what I love but I won’t love what I do. Sampai akhirnya gue bener-bener memutuskan untuk menerima hasil penjurusan, kalo gue masuk ipa ya gue milih ipa, kalo gue masuk ips ya gue masuk ips. Parah sih tapi apa daya diriku tak sanggup u,u
Tapi, beberapa minggu sebelum pengumuman penjurusan, gue mendapatkan ilham. Gue ngerasa kalo gue memang cocoknya di IPS, kalo katanya IPA bisa gampang milih jurusan ya memang. Tapi, itu kan ujungnya. Bagaimana kalo prosesnya tak mengenakkan sehingga kata gampang itu pun hilang. Gue juga menemukan kelemahan gue sebenarnya, gue lemah di fisika dan logika yang merupakan kunci anak science (IPA). Itu dia yang membuat gue mengganti pilihan (ini pilihan terakhir) gue menjadi IPS. Akhirnya pun gue memang masuk jurusan IPS. Gue sih nerimanya biasa aja. Tapi temen gue banyak yang protes. Mereka bilang Kok? Yakin, Jar? Serius? Bahkan ada yang bilang kalo gue sebenernya di IPA tapi memaksakan diri di IPS haha. Tapi, sekarang jurusan IPS sudah di tangan. Tinggal gue yang buktiin kalo gue tidak memaksakan diri seperti yang temen gue bilang. Lagian apa dengan jurusan pengetahuan yang didapat bakal terbatas? Tentu enggak. Gue masih bisa belajar ipa kok tapi tak se-detail kalian anak IPA. Jurusan juga kan tidak membatasi pengetahuan, Mencari ilmu gak harus dibangku sekolah. Sekarang kan ada internet jadi lo bisa cari informasi-informasi yang sekiranya penting dan berguna. Ya, mungkin memang gak dipakai sekarang, tapi kenyataannya gak ada pengetahuan yang ditelan percuma. Percaya sama gue, kalo lo tahu banyak hal, lo bakal punya banyak ide untuk dishare ke temen lo, dan dengan gue yang masuk IPS ini gue tetep suka IPA, gue juga suka bikin karya tulis ilmiah sama temen gue yang anak IPA dan berbincang seputar science (IPA) sambil terus menggali minat gue di ekonomi sampai pada akhirnya kegalauan ini telah berakhir :)
Comments
Post a Comment